Enter a description here searching and replacing this same text in "layout / Edit HTML" of your control panel.

KISAHku Tentang Bugis dan Makassar


Sejarah tak pernah berbohong, yang berbohong hanyalah sejarawan. Ini adalah salah satu kalimat yang sempat terlontar dari lisan seorang dosen saya di FIP UNM saat membawakan mata kuliahnya dan ketika itu kami sedikit menyinggung tentang kerajaan-kerajaan di jazirah tanah sulewesi selatan.

Persaingan antara kerajaan-kerajaan di masa lampau jika dilihat dari sumber-sumber sejarah, semoga kisahnya tersebut adalah benar, sangatlah menarik untuk di simak. Terkhusus ketika kita membahas tentang persaingan antara dua etnis yakni etnis Makassar dan etnis Bugis. Makassar dalam hal ini diwakili oleh Gowa sebagai aktor utama sedangkan Bugis diwakili oleh Bone.

Persaingan hebat kedua kerajaan dalam memperluas pengaruhnya serta tanah kekuasaannya sangatlah menarik. Terlebih lagi ketika membaca tentang perang Makassar yang berakibat pada dituduhnya Bone sebagai penghianat karena membantu belanda meruntuhkan kokohnya benteng Somba Opu milik kerajaan Gowa.

Masih banyak kisah yang menarik yang melibatkan kedua etnis di masa lalu untuk dibahas. Tapi sejarah hanyalah sebuah kisah masa lalu yang hendaknya dijadikan bahan refleksi untuk kita di masa sekarang ini, agar kesalahan-kesalahan di masa lalu tidak terulang lagi.

Saat ini saya berstatus sebagai mahasiswa di Universitas Negeri Makassar, tepatnya di Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Di Fakultas Ilmu Pendidikan ini terdapat sebuah lembaga kemahasiswaan yang berada di bawah naungan BEM tingkat Fakultas yang bergerak sebagai aktivis dakwah kampus. Saat ini saya sedang aktif di dalam kelompok ini. Nama kelompok tersebut adalah Study Club Raodatunni’mah atau biasa disingkat SCRN.

Saya sangat excited berada di kelompok ini, kerena kami berasal dari beragam daerah di Sulawesi-selatan. Lagi-lagi saya sangat bangga karena orang-orang yang dominan yang berada dalam kelompok ini, yang semoga dirahmati oleh Allah karena berjuang untuk menegakkan agamanya, adalah orang Makassar dan orang Bugis yang lagi-lagi didominasi oleh Gowa dan Bone.

Saya sendiri kebetulan berasal dari kabupaten Gowa. Dari lingkungan keluarga manusia Makassar. Saya dan teman-teman, dalam hal ini teman dari entis Bugis, saling bahu membahu menebarkan dakwah di kampus demi membendung arus globalisasi yang kebablasan sehingga mudah sekali disusupi aliran-aliran aneh yang sepertinya berniat menghancurkan ISLAM.

Walaupun di buku-buku sejarah Gowa dan Bone senantiasa diidentikan dengan persaingan, yang sering berakhir pada pertumpahan darah, namun saat ini kami saling bahu membahu untuk memperjuangkan ISLAM. Semestinya memang inilah yang kita harus lakukan. Bukankah kita adalah saudara sesama muslim? Saudara sesama orang Indonesia? Dan sama-sama berpijak di bumi sulawesi? Walaupun kita dibedakan oleh etnisitas yang boleh jadi sama sekali tidak berharga di hadapan yang kuasa.

jika sejarah saat ini masih bertuliskan kisah kelam masa lalu antara Makassar dan Bugis, dalam hal ini antara Gowa dan Bone. Saya berharap dimasa yang akan datang akan tertulis dengan tinta emas dalam buku sejarah tentang keperkasaan manusia Makassar dan manusia Bugis dalam memperjuangkan tegaknya ISLAM yang berlandaskan pada Al-qur’an dan Sunnah Rasulullah yang sesuai dengan ajaran beliau dan para sahabatnya, para Salafussalih.

Mohon maaf kalau ada teman dari daerah dan entis lain belum sempat di ekspose. Hehehe…

0 komentar:

Posting Komentar