Enter a description here searching and replacing this same text in "layout / Edit HTML" of your control panel.

Memperbaiki Diri Sendiri Sebelum Orang Lain


Saat ini saya sementara menjalani pendidikan di Universitas Negeri Makassar, tepatnya di fakultas Ilmu Pendidikan jurusan Bimbingan dan Konseling atau yang saat ini dikenal dengan nama Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

Dilihat dari jurusan yang aku ambil kita bisa menebak kira-kira saya kelak akan jadi apa? Ya, menjadi seorang guru BK atau Konselor di sekolah merupakan tujuan aku mempelajari tentang psikologi dan pendidikan.

Menjadi seorang guru BK yang ideal bagiku tidaklah mudah, hal ini disebabkan karena guru BK dituntut mampu memberikan kontribusi yang besar untuk membantu peserta didik yang sedang menghadapi masalah tertentu untuk kemudian memberikan alternatif-alternatif pilihan penyelesaian masalah.

Untuk mewujudkan keinginanku menjadi orang yang mampu memberikan nasihat-nasihat yang baik kepada orang lain tentu saja aku harus memulainya dari peribadiku sendiri. Aku tidak mungkin memberikan nasihat yang baik kepada orang lain padahal diriku sendiri belum mampu aku perbaiki.

Berangkat dari kenyataan ini aku mulai membiasakan diri bersikap dan berpenampilan layaknya seorang guru. Kebiasaan ini aku upayakan tanamkan sejak dini dari bangku kuliah. Hal-hal yang mungkin bagi orang lain sederhana seperti memakai celana kain, berpakaian kemeja, atau bahkan menyisir rambut kesamping tak luput dari perhatianku, walaupun bagi orang lain mungkin tidak lah begitu penting.

Hal-hal yang kulakukan ini mungkin bertolak belakang dengan penampilan sebahagian mahasiswa yang senang dengan tampilan acak-acakan, dengan celana robek-robek, atau penampilan yang over hedonis. Tapi sekali lagi saya tegaskan bahwa hal ini saya lakukan semata-mata hanya untuk memperbaiki diri lebih dahulu sebelum memperbaiki para murid ku kelak.

Sebuah kisah yang kubaca di sebuah blog seorang professor membuat aku semakin bersemangat memperbaiki sikap, perilaku, dan perbuatanku sebelum menjadi konselor yang mengonseling orang lain. Kisah yang kubaca tersebut seperti berikut ini

 “Sepasang orang tua diresahkan oleh ulah putranya yang sangat gemar makan. Akibat kegemarannya itulah sehingga dari hari kehari anak itu menjadi sangat gemuk. Orang tuanya khawatir bahwa kegemukan anak itu akan mengganggu kesehatannya, pada hal anak itu adalah putera satu-satunya. Untuk mengatasi kegelisahan orang tua, mereka mendatangi para akhli untuk melakukan konsultasi. Ada akhli yang memberikan obat-obat tertentu untuk menahan selera makan anak itu, dan ada pula yang memberikan makanan tertentu, dan berbagai macam nasihat. Namun tak seorangpun yang berhasil meredam selera kuat makan anak itu. Pada akhirnya, orang tua itu mengunjungi seseorang yang bukan akhli tetapi dikenal sebagai seorang yang bijak.
Setelah orang tua ini menyampaikan masalah yang dihadapinya, maka orang bijak ini menyuruh kedua orang tua dan anak ini untuk kembali ke rumah, dan datang kembali untuk konsultasi dua minggu berikutnya. Pendek cerita, mereka bertigapun kembali ke rumahnya dan datang kembali ke tempat orang bijak itu dua minggu kemudian.
Anak itu dipanggil oleh orang bijak itu memasuki “ruang praktek” tanpa ditemani oleh kedua orang tuanya. Orang bijak ini kemudian memberi nasihat yang tidak banyak diketahu orang apa isis nasihat itu, kecuali menegaskan kepada anak itu: “Hentikan kebiasanmu yang buruk itu, kendalikan selera makanmu, Nak”
Aneh, sejak saat itu anak ini berubah drastis, tiba-tiba mengubah pola makannya menjadi teratur sehingga berat badannya terkendalikan. Tentu saja orang tua anak ini penasaran, jampi-jampi apa, atau obat apa yang telah diberikan kepada anak ini sehingga berubah kebiasannya itu.
Kedua orang tua ini, anpa diketahui oleh anaknya pergi kembali kepada orang bijak untuk mencari tahu apa yang telah dilakukan oleh orang bijak ini terhadap anaknya sehingga dapat berubah drastis. Orang bijak ini menjawab bahwa tak ada obat yang diberikan. Lalu, orang tua itu bertanya lagi. Kenapa pada waktu proses pengobatan itu, saya diminta untuk datang lagi dua minggu kemudian.
Lalu, orang bijak itu berkata. Sesungguhnya saya sendiri menderita penyakit seperti yang diderita oleh putra Anda. Untuk menyembuhkan penyakit yang saya derita itu saya butuh pengendalian diri selama dua minggu. Pengendalian diri saya sangat penting untuk dapat memberikan nasihat kepada putra Anda sehingga saya harus sembuh terlebih dahulu. Setelah saya yakin dapat mengendalikan diri, barulah saya yakin pula dapat meyakinkan kepada orang lain untuk mengendalikan dirinya.

Bagiku kisah di atas sangat inspiratif, terutama jika melihat kaitannya dengan dunia konseling yang aku dalami. Seseorang yang berpakaian acak-acakan misalnya ketika memberikan nasihat kepada seseorang bagaimana cara menjadi orang yang sukses mungkin sulit kita terima nasihatnya, tetapi ketika mereka yang berpenampilan rapi dan perilaku yang baik disertai dengan contoh konkrit sebagai orang sukses memberikan kita nasihat-nasihat yang baik kata-katanya sangat berat bagi kita dan menjadi bahan yang sangat kita pertimbangkan untuk menjadi orang sukses pula tentunya.

Terus terang saya sangat perihatin dengan pikiran sebahagian teman-teman yang katanya hebat dan memiliki banyak pengetahuan tentang teori-teori konseling tapi belum mampu mengonseling dirinya sendiri. Mungkin mereka terlalu sibuk merasionalisasikan hal-gal rumit, bahkan Tuhan, tapi mereka lupa merasionalisasikan hal-hal sederhana.
Let’s do big change from small things

0 komentar:

Posting Komentar